iklan banner 250x250

Raudhah: Taman Syurga

Raudhah? Pasti nama itu melekat dalam ingatan para jamaah haji dan umrah. Sebauh bagian dari masjid Nabawi yang ditandai dengan karpet berwarna hijau. Letaknya pas di bawah kubah hijau mesjid Nabawi.

Ekspedisi Gua Hira

Mekkah, 10/11 | Kemenag.go.id—Setelah delapan hari di Mekah, saya dan enam rekan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) Daerah Kerjker Mekah berkesempatan berziarah ke Gua Hira di Jabal Nur.

Rahasia Masjid Quba

Masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa (Surat At Taubah:108). Ia adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah.

Kisah Nyata: Tukang Becak Naik Haji

Kaskus.Co.Id | Warga Rw 02 Rt 02 Kelurahan Pabean Pekalongan Utara, Tholib (53) alias Carub yang berprofesi tukang becak, berhasil mengumpulkan uang selama 25 tahun, hingga mencapai Rp 42 juta...

Kemana Anda Dapat Membadalkan Haji?

Hal yang paling penting sebelum anda mewakilkan badal haji dan umrah kepada orang lain, maka lihat dan periksalah terlebih dulu, apakah yang bersangkutan itu dapat menjaga amanah.

Sakit, Kok Lupa Ya?

Malam itu, pesawat GA 329 mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno Hatta tepat pukul 22.10 wib. Jamaah umrah Shafira terlihat secara tertib turun dari pesawat Garuda itu. Setelah paspor masing-masing dibagikan, mereka menuju loket pemeriksaan keimigrasian. Sementara bagasi mereka secara bersamaan dibantu check in oleh petugas Shafira Tour ke pesawat berikutnya yaitu SV 2697 Saudi Arabia Airlines.
Tak terasa, proses imigrasi telah selesai. Saya lalu mencoba melihat jam tangan, jarum menunjuk pukul 23.15 wib. Padahal, jadwal keberangkatan pesawat SV 2697 pada pukul 03.50 wib. “Wah, masih panjang nunggunya.”kata saya dalam hati. Sebagai ketua rombongan dan pembimbing (tour leader), saya pun mengarahkan jamaah Umrah Shafira untuk menggunakan kesempatan waktu yang ada, baik untuk istirahat, shalat isya, atau jalan-jalan menikmati suasana bandara.
“Ustadz, tolong saya!” tiba-tiba seorang jamaah menyapa saya dengan suara merintih. Wajahnya terlihat begitu pucat. “Apa yang bisa saya bantu pak?” Tanya saya. Sambil memegangi perutnya, dia berkata, “Perut saya sakit! Sakit sekali. Sebetulnya, 2 hari sebelum berangkat saya ini sakit diare. Saya sudah periksa dokter dan sudah dibawakan obat. Hanya, saat ini sakitnya muncul lagi. Saya barusan sudah ke toilet. Tapi ini malah lebih sakit ustadz..! Tolong saya carikan dokter…”  
“Tenang pak…, bapak sudah ikhtiar. Bapak kan sudah bawa obat. Sekarang yang bapak butuhkan adalah Allah. Bapak ambil air putih, minta kepada-Nya, berdoa supaya sakit itu minggat dan minum airnya. Insyaallah pak, nanti akan sembuh.” Kata saya sambil menyentuh bagian perut yang dia katakan sakit. Bapak yang berprofesi sebagai dosen hokum di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya itu pun berlalu menuju keluarganya tanpa ekspresi.
Entah, apa yang sedang dipikirkannya. Apa dia mau menuruti kata-kata saya atau kecewa dengan kata-kata saya, saya gak tahu pasti. Namun, andai dia kecewa, saya bisa memahami. Sebab, mungkin pengaruh dari profesi yang selalu mendahulukan fakta dan bukti hukum, maka dia mikirnya adalah dia sakit dan dia butuh dokter. Cuma, nyari dokter di ruang tunggu bandara saat dini hari juga bukan perkara mudah.
Akhirnya, jam keberangkatan tiba. Semua jamaah umrah mengantri menuju kursinya masing. Perjalananan itu menyita waktu selama 9 jam dan langsung turun di Bandara Madinah al-Munawwarah. Proses imigrasi pun lancer, dan tanpa terasa semuanya sudah berada dalam hotel Royal Dyar dan sebagian di Moventpick yang tepat di depan Masjid Nabawi. Hari pertama, semua jamaah melakukan ibadah mandiri dan malamnya terjadwal mengunjungi Raudlah.
Keesokan harinya, saya bertemu dengan jamaah yang sebelumnya saat di Bandara Jakarta mengeluh sakit luar biasa. Saya pun mendekatinya. “Assalamualaikum, apa kabar pak?” sapa saya. “Waalaikumsalam.. Wah, Ustadz! Alhamdulillah baik.” Katanya ceria. Saya pun penasaran dan lalu menanyakan perihal sakit sebelumnya yang dia derita, “Hem.. maaf, bagaimana pak, apa perutnya masih terasa sakit.”
Dia seperti terkejut mendengar pertayaan saya. Sambil tersenyum, lalu dia berkata, “Ya Allah, kok sampai lupa kalau saya sebelumnya sakit. Saat turun menginjakkan kaki di Kota Nabi ini kemarin, saya tidak merasakan itu lagi ustadz. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah…” katanya sambil matanya berkaca-kaca. Saya pun bersyukur dengan apa yang saya lihat. Allah telah memberikan rahmat-Nya bagi para tamu-Nya. Subhanallah! [mt]

 
/* muamar-kurosaki.com Likebox Pro FBFan Code Start --------- */