iklan banner 250x250

Ekspedisi Gua Hira


Mekkah, 10/11 | Kemenag.go.id—Setelah delapan hari di Mekah, saya dan enam rekan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) Daerah Kerjker Mekah berkesempatan berziarah ke Gua Hira di Jabal Nur. Gua tempat Rasulullah SAW menerima wahyu untuk pertamakalinya dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril, yaitu surat Al Alaq. Kami baru bisa ke Jabal Nur, karena memang hari-hari sebelumnya liputan kami seputar persiapan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), termasuk kesiapan pondokan jamaah di Mekah.
Sekitar pukul 06.30 Waktu Arab Saudi (WAS), kami bersembilan (karena ibu Novi dan dr. Leli yang kebetulan sedang tidak piket, juga ingin ikut) berangkat. Letak Jabal Nur sekitar 6,5 kilometer sebelah utara kota Mekah. Kami berangkat pagi dengan kendaran Hiace, mobil operasional MCH yang memag selalui dipiloti Pak Deden. Memang banyak yang menganjurkan untuk ke Gua Hira sebaiknya berangkat pagi, bahkan bisa setelah Shalat Subuh. Ini antara lain untuk menghindari panas terik matahari dan situasi yang semakin siang biasanya semakin ramai peziarah. Puncak Jabal Nur masih tampak jelas menjulang ke langit Kota Mekkah jika dipandang dari Wisma Haji Indonesia, di kawasan Aziziyah Janubiyah.
Untuk mencapai tempat berkhlwatnya (mengasingkan diri) Rasululah SAW tersebut, yang pasti diperlukan sikap optimis dan keyakinan diri untuk bisa mencapai puncak. Ini penting, karena tidak sedikit yang gagal mencapai puncak dan melihat Gua Hira, karena sudah merasa pesimis melihat tingginya Jabal Nur. Berdasarkan tulisan-tulisan di puncak Jabal Nur, ketinggian Gua Hira adalah 2500 feet dari kaki atau dataran terendah di sekitar Jabal Nur.
Selain itu, yang jelas kesiapan fisik serta bekal khususnya minuman yang cukup. Saya anjurkan jangan terlalu membawa banyak barang dalam pendakian. Cukup mungkin sekitar dua bungkus biskuit, coklat dan sedikit kurma serta sebotol air minum atau jus buah. Serta kamera saku atau cukup kamera telpon genggam tentunya. Sebaiknya semua dikemas dalam tas punggung agar praktis. Usahakan mengenakan alas kaki yang anti slip atau anti licin. Sebaiknya menggunakan sepatu dan kaos kaki, untuk menghindari lecet. Saya sendiri memakai sepatu sandal lengkap dengan kaos kaki. Jangan lupa penutup kepala dan kaca mata gelap.
Di awal pendakian hingga ke pertengahan jalan menuju puncak bukit berkerikil itu pun hanya bisa dilalui satu orang. Tangga yang terbuat dari susunan batu bersemen hanya dijumpai pada pada pos tengah hingga ke Gua Hira. Tidak hanya melewati batu terjal berliku dengan kecuraman dinding sekitar 60 derajat, juga tak ada tempat untuk pegangan, kecuali bebatuan besar yang terletak di sisi jalan setapak.
Menjelang puncak, kami temui sejumlah fakir miskin meminta-minta shodaqoh di sisi kiri kanan jalan. Juga ada beberapa pedagang menjual minuman serta seperti tasbih, minyak wangi, dan foto-foto Gua Hira. Di puncak Jabal Nur juga terdapat seekor Onta yang disewakan sekedar untuk berfoto di atas punggungnya. Mereka menawarkan dagangan dan sewan ontanya dengan bahasa Indonesia yang sedikit terbata. Untuk naik onta sekedar berfoto, kami akhirnya dikenakan tarif dua real perorang. Walau sempat beberapakali istirahat sejenak melepas lelah, akhirnya kami sampai di puncak Jabal Nur. Luar biasa melihat pemandangan kota Mekah dari puncak Jabal Nur. Bahkan Masjidil Haram pun bisa terlihat dari puncak Jabal Nur.
Untuk mencapai Gua Hira di Puncak Jabal Nur itu, kita harus melewati terlebih celah-celah atau lorong dengan dinding bebatuan sepanjang lima meter. Celah itu hanya bisa dilalui satu orang. Di ujung lorong, baru bisa kita lihat Gua Hira, tempat Rasulullah SAW mengasingkan diri atau berkhalwat atau bertahannuf. Yaitu cenderung pada kebenaran, berserah diri kepada Allah SWT. Subhanallah! Para peziarah pun tampak antri untuk bisa melakukan shalat di dalam Gua Hira.
Saya sempat menitikkan air mata, membayangkan ribuan tahun yang lalu, Rasulullah SAW yang sebelum mendapatkan Wahyu pertama tersebut, sudah sangat sering dalam kurun waktu tahunan, berkhalwat atau mengasingkan diri di Gua Hira. Membayangkan perjuangan Rasulullah SAW saat melakukan pendakian dan saat berkhalwat di gua batu di atas ketinggian 2500 feet atau sekitar 750 meter tersebut.(osa)

0 komentar:

Posting Komentar

 
/* muamar-kurosaki.com Likebox Pro FBFan Code Start --------- */