iklan banner 250x250

Rahasia Menikmati Menu Hotel Saat Umrah


Menu hotel kan biasanya enak-enak. Kok pakai judul rahasia menikmati menu hotel segala? Mungkin sepintas ada pikiran seperti itu di benak pembaca. Untuk mengerti mengapa saya memakai judul di atas, mari tulisan ini dibaca lebih lanjut. Saat dua hari setelah sampai di Madinah, beberapa jamaah sudah secara terbuka mengeluhkan menu soal makanan hotel. Sebagai pembimbing umrah, saya pun berusaha menenangkan mereka. Sebab, yang dikeluhkan itu bukan karena basi, bukan pula karena menu murahan. Menu hotel itu adalah sajian dari paket VIP yang sesuai standar hotel. Lalu, apa sih yang dikeluhkan mereka?

“Ustadz, menunya tidak beradab!” keluh seorang ibu kesal. “Kok bisa ada menu gak beradab? Maksudnya apa bu?” Tanya saya menyelidik, sambil menahan tawa. Kok makanan saja sampai disebut-sebut tidak beradab. “Karena semua makanan di sini menunya bukan menu Indonesia. Gak punya perasaan tuh yang bikin makanan. Kita kan orang Indonesia!” sahutnya emosional. Memang, masakan yang disajikan hotel bintang lima di Madinah rata-rata bukan menu Indonesia. Menu yang disajiian biasanya adalah khas Arab, India, Turki dan Eropa. Sedikit beda dengan musim haji, karena hotel kadang berkompromi menyediakan menu Indonesia selama bulan haji.

Di antara mereka, ada juga yang mengeluhkan sakit. Dia adalah seorang anak yang juga ikut umrah bersama ayah ibunya. Menurut keterangan Ayahnya yang seorang dosen fakultas hokum di Unair itu, anaknya gak mau makan, sehingga drop fisiknya. Dia juga terserang flu. Uniknya, ada dua orang anak lainnya yang dalam pengamatan saya selalu terlihat ceria dan bersemangat mengikuti rangkaian ibadah umrah.

Kedua anak yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP dan kelas 5 SD itu juga terlihat bugar.
Kedua anak itu selalu menikmati setiap menu sajian hotel bintang lima itu. Mereka ikut umrah bersama ayah ibunya yang seorang PNS di lingkungan Pemkab Malang. Karena penasaran, lalu saya bertanya kepada ayahnya. “Pak, mengapa kok anak-anak terlihat selalau ceria dan sangat menikmati sajian makanan hotel yang ada? Bukankah sebagian yang lain pada mengeluhkannya?” Tanya saya. Ayah itu sempat kaget mendengar pertanyaan saya. Sepertinya dia tidak menduga, kalau saya bertanya seperti itu.

Setelah sedikit menarik nafas, dia pun tersenyum sambil berkata, “Ustaz, sebelum berangkat, saya ajari anak-anak untuk ikhlas dalam menerima apa pun yang akan diperoleh selama perjalanan umrah ini. Kalau soal makanan, sebenarnya anak-anak juga tak biasa makan menu-menu seperti itu. Saya hanya bilang, kita sedang bertamu kepada Rasulullah. Dan, inilah semua yang dihidangkan oleh Rasulullah kepada kita. Lalu soal bukan menu Indonesia, saya bilang kepada mereka, bahwa kita ini sedang berwisata kuliner macanegara. Saya ajak mereka mencicipi semuanya.”jelas dia.

Saya tidak menyangka, dia begitu bijaksana dalam menyikapi masalah menu hotel. Dia sudah menyiapkan bagaimana cara pikir anak-anak dan isterinya yang lebih positif dalam menerima menu-menu yang disajikan hotel jauh sebelum mereka berangkat ke tanah suci. Bapak dua anak ini mengajari kita bagaimana membangun positive frame secara cerdas, tanpa harus mengurangi nilai-nilai spiritual yang sarat dalam perjalanan umrah.  Nah, saudaraku kaum muslimin sekalian, semoga kita dapat mengambil hikmah paparan ini. Semoga kita juga dapat menyusul dan menjadi tamu Allah dengan menjalan ibadah haji dan umrah secara lebh khusu' dan mabrur, sekaligus menjadi tamu Rasulullah di kota suci Madinah Al-Munawwarah, amin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
/* muamar-kurosaki.com Likebox Pro FBFan Code Start --------- */