iklan banner 250x250

Raudhah: Taman Syurga

Raudhah? Pasti nama itu melekat dalam ingatan para jamaah haji dan umrah. Sebauh bagian dari masjid Nabawi yang ditandai dengan karpet berwarna hijau. Letaknya pas di bawah kubah hijau mesjid Nabawi.

Ekspedisi Gua Hira

Mekkah, 10/11 | Kemenag.go.id—Setelah delapan hari di Mekah, saya dan enam rekan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) Daerah Kerjker Mekah berkesempatan berziarah ke Gua Hira di Jabal Nur.

Rahasia Masjid Quba

Masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa (Surat At Taubah:108). Ia adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah.

Kisah Nyata: Tukang Becak Naik Haji

Kaskus.Co.Id | Warga Rw 02 Rt 02 Kelurahan Pabean Pekalongan Utara, Tholib (53) alias Carub yang berprofesi tukang becak, berhasil mengumpulkan uang selama 25 tahun, hingga mencapai Rp 42 juta...

Kemana Anda Dapat Membadalkan Haji?

Hal yang paling penting sebelum anda mewakilkan badal haji dan umrah kepada orang lain, maka lihat dan periksalah terlebih dulu, apakah yang bersangkutan itu dapat menjaga amanah.

Nafkah: Mendahulukan Isteri atau Orang Tua?

Seorang jamaah saya bertanya: "Manakah yg lbh utama, menafkahi isteri atau orang tua? Ada yg bilang, menafkahi isteri itu KEWAJIBAN, sdgkan menafkahi orang tua itu KEBAJIKAN. Adakah dalil syar'i yg jelas?

Jawab:

Dalam al-Quran, tidak ada dalil yg menunjukkan bhw pemberian nafkah kpd isteri lebih utama drpd lainnya. Tapi dlm hadits ada, disebutkan sbb:

 عَنْ جَابِرٍ أن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا ، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا ، بَيْنَ يَدَيْكَ ، وَعَنْ يَمِينِكَ ، وَعَنْ شِمَالِكَ (صحيح مسلم، 997).

"Dari Jabir, bhw Rasulullah saw bersabda: Bersedekahlah mulai pd dirimu, lalu pd dia (isterimu), jika ada lebih, maka pd keluargamu, jika masih ada mk berikanlah pd kerabatmu, demikian seterusnya, orang2 di depanmu, di kananmu dan di kirimu."

Abu Hurairah menyebutkan:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَصَدَّقُوا.
فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدِي دِينَارٌ .
فَقَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى نَفْسِكَ .
قَالَ : عِنْدِي آخَرُ .
قَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى زَوْجَتِكَ .
قَالَ : عِنْدِي آخَرُ .
قَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى وَلَدِكَ .
قَالَ : عِنْدِي آخَرُ .
قَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى خَادِمِكَ .
قَالَ : عِنْدِي آخَرُ .
قَالَ: أَنْتَ أَبْصَرُ .
رواه أبو داود في سننه (1691) والنسائي واللفظ له ، وحسنه الألباني في الإرواء (895).

"Rasulullah bersabda: Bersedekahlah! Lalu, seseorang Sahabat berkata: Ya Rasulullah, sy hanya punya 1 dinar.
R: Sedekahkan ia utk dirimu.
S: Saya masih punya yg lain.
R: Sedekahkan ia utk isterimu.
S: Saya masih punya yg lain.
R: Sedekahkan ia utk anakmu.
S: Saya masih punya yg lain.
R: Sedekahkan ia utk pembantumu.
S: Saya masih punya yg lain.
R: Engkau lebih melihat (mana yg seharusnya diberi).
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dlm kitab Sunannya (1691), dg lafadz dr An-Nasa'i. Hadits ini berderajat Hasan spt disebut Al-Albany dlm kitab Al-Awro (895). Penamaan MENAFKAHI sbg SEDEKAH oleh Nabi saw krn memandangnya sbg suatu yg mustahab (disukai).

Lalu, bagaimana dg anak laki2, apakah wajib menafkahi orang tuanya? Dari berbagai rujukan dalil antara hak dan kewajiban dlm relasi anak kpd ortu, spt hak mndpt waris lebih, hak menerima perwalian, dll, mk lahirlah  IJMA sbb:

 قالابن المنذر: أجمع أهل العلم على أن نفقة الوالدين الفقيرين الذين لا كسب لهما ولا مال واجبة في مال الولد. اهـ من المغنيلابن قدامة.

Ibnu Mundzir berkata: Para ahli imu / ulama, sepakat bhw menafkahi orang tua yg fakir, yg tdk berpenghasilan, yg tdk punya uang, maka WAJIB mendapatkan harta dari anak laki2nya. (dari Kitab Al-Mughni, Ibnu Qudamah)

Sakit, Kok Lupa Ya?

Malam itu, pesawat GA 329 mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno Hatta tepat pukul 22.10 wib. Jamaah umrah Shafira terlihat secara tertib turun dari pesawat Garuda itu. Setelah paspor masing-masing dibagikan, mereka menuju loket pemeriksaan keimigrasian. Sementara bagasi mereka secara bersamaan dibantu check in oleh petugas Shafira Tour ke pesawat berikutnya yaitu SV 2697 Saudi Arabia Airlines.
Tak terasa, proses imigrasi telah selesai. Saya lalu mencoba melihat jam tangan, jarum menunjuk pukul 23.15 wib. Padahal, jadwal keberangkatan pesawat SV 2697 pada pukul 03.50 wib. “Wah, masih panjang nunggunya.”kata saya dalam hati. Sebagai ketua rombongan dan pembimbing (tour leader), saya pun mengarahkan jamaah Umrah Shafira untuk menggunakan kesempatan waktu yang ada, baik untuk istirahat, shalat isya, atau jalan-jalan menikmati suasana bandara.
“Ustadz, tolong saya!” tiba-tiba seorang jamaah menyapa saya dengan suara merintih. Wajahnya terlihat begitu pucat. “Apa yang bisa saya bantu pak?” Tanya saya. Sambil memegangi perutnya, dia berkata, “Perut saya sakit! Sakit sekali. Sebetulnya, 2 hari sebelum berangkat saya ini sakit diare. Saya sudah periksa dokter dan sudah dibawakan obat. Hanya, saat ini sakitnya muncul lagi. Saya barusan sudah ke toilet. Tapi ini malah lebih sakit ustadz..! Tolong saya carikan dokter…”  
“Tenang pak…, bapak sudah ikhtiar. Bapak kan sudah bawa obat. Sekarang yang bapak butuhkan adalah Allah. Bapak ambil air putih, minta kepada-Nya, berdoa supaya sakit itu minggat dan minum airnya. Insyaallah pak, nanti akan sembuh.” Kata saya sambil menyentuh bagian perut yang dia katakan sakit. Bapak yang berprofesi sebagai dosen hokum di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya itu pun berlalu menuju keluarganya tanpa ekspresi.
Entah, apa yang sedang dipikirkannya. Apa dia mau menuruti kata-kata saya atau kecewa dengan kata-kata saya, saya gak tahu pasti. Namun, andai dia kecewa, saya bisa memahami. Sebab, mungkin pengaruh dari profesi yang selalu mendahulukan fakta dan bukti hukum, maka dia mikirnya adalah dia sakit dan dia butuh dokter. Cuma, nyari dokter di ruang tunggu bandara saat dini hari juga bukan perkara mudah.
Akhirnya, jam keberangkatan tiba. Semua jamaah umrah mengantri menuju kursinya masing. Perjalananan itu menyita waktu selama 9 jam dan langsung turun di Bandara Madinah al-Munawwarah. Proses imigrasi pun lancer, dan tanpa terasa semuanya sudah berada dalam hotel Royal Dyar dan sebagian di Moventpick yang tepat di depan Masjid Nabawi. Hari pertama, semua jamaah melakukan ibadah mandiri dan malamnya terjadwal mengunjungi Raudlah.
Keesokan harinya, saya bertemu dengan jamaah yang sebelumnya saat di Bandara Jakarta mengeluh sakit luar biasa. Saya pun mendekatinya. “Assalamualaikum, apa kabar pak?” sapa saya. “Waalaikumsalam.. Wah, Ustadz! Alhamdulillah baik.” Katanya ceria. Saya pun penasaran dan lalu menanyakan perihal sakit sebelumnya yang dia derita, “Hem.. maaf, bagaimana pak, apa perutnya masih terasa sakit.”
Dia seperti terkejut mendengar pertayaan saya. Sambil tersenyum, lalu dia berkata, “Ya Allah, kok sampai lupa kalau saya sebelumnya sakit. Saat turun menginjakkan kaki di Kota Nabi ini kemarin, saya tidak merasakan itu lagi ustadz. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah…” katanya sambil matanya berkaca-kaca. Saya pun bersyukur dengan apa yang saya lihat. Allah telah memberikan rahmat-Nya bagi para tamu-Nya. Subhanallah! [mt]

Tiga Permohonan Saat Minum Air Zamzam


Doa Minum Air Zamzam:


اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا واسعا وشفاء من كل داء -رواه الترمذى



“Ya Allah sesungguhnya aku meminta ilmu yang manfaat, dan rizki yang luas, dan penyembuh dari tiap-tiap penyakit.”


Rahasia Makna Tiga Permohonan

Sahabat kaum muslimin sekalian, apakah yang akan anda minta jika diberikan tiga permohonan dan itu akan dikabulkan oleh Allah swt? Barangkali, akan muncul berbagai permohonan yang berbeda antara satu dengan lainnya.  Kalau kita menonton filem Alladin dengan lampu ajaibnya, maka sang jin juga memberikannya tiga permohononan. Alladin pun memilih permohonan pertama keluar dari goa yang memenjarakan dirinya, kedua mengantarkannya ke puteri pujaannya, dan ketiga menghadirkan istana dengan segala isinya.

Berbeda dengan kisah Alladin yang fiktif dan syirik dengan pengharapannya disandarkan kepada bantuan jin, maka saat kita minum air zamzam pengharapan kita adalah hanya kepada Allah swt. Selain itu, disunnahkan kita menghadap kiblat saat meminumnya. Rasulullah pun memberikan contoh pengharapan dan doa yang luar biasa, namun di antara kita belum banyak menyadarinya. Berikut ini tiga permohonan dalam doa minum air zamzam.


Pertama, mohon dikaruniai ilmu yang bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat itu laksana air, bermanfaat untuk apa saja yang menjadi kebutuhan manusia. Lihatlah air zamzam, jutaan umat manusia ikut menikmatinnya. Airnya terus bertambah. Maka, barang siapa yang memiliki ilmu pengetahuan namun hanya merasa cukup untuk dirinya dan apalagi justru digunakan untuk merugikan yang lain, maka dia itu bak menumpuk racun dalam dirinya. Sebab, hal itu justru akan membahayakan dirinya. Lihatlah, berapa kasus orang-orang hebat dan super pintar, namun dalam kehidupannya sangat tragis. Ada yang sebagian tidak mengerti untuk apa dia hidup, merasa terkucil dalam keramaian, atau bahkan justru menjadi aktor intelektual berbagai kejahatan. Rasulullah saw menyebut orang-orang dengan ilmunya justru pelit (tidak bermanfaat), mereka nantinya akan dibelenggu dengan belenggu api neraka. 

Kedua, mohon diberikan rejeki melimpah
Dengan meminum air zamzam, kita dapat memohon kelimpahan rejeki. Namun, saya melihat mengapa permohonan rejeki ini dilekatkan dengan saat minum zamzam? Cobalah tengok, bagaimana begitu melimpahnya air zamzam, tidak hanya sebatas samapai tujuh turunan. Namun juga turun temurun dari generasi ke generasi umat manusia, dari abad ke abad, air zamzam tak berhenti mengalir deras. Namun, mari kita juga tengok sebelum bagaimana air zamzam itu ada. Siti Hajar dengan bayinya Ismail yang menjerit-jerit kehausan. Mereka penuh perjuangan untuk melepas hausnya, dari bukit Shafa dan Bukit Marwa, Hajar terus berlari untuk mencari. Akhirnya, dengan mukjizat Ismail, jejakan kaki mungilnya ke tanah justru membuat tanah itu mengalirkan air zamzam. Konon, kata "zamzam" itu berasal dari ucapan Hajar, "zamzami..zamzami.." yang artinya, berkumpulah..berkumpulah.. Lalu, air zamzam itu pun diraihnya dengan telapak tangannya yang gemetaran. Nah, di sinilah makna yang tersirat dalam doa ini. Allah swt akan memberikan rejeki yang melimpah kepada kita, tetapi dengan syarat syar'iy-nya, bekerjalah dan berikhtiarlah! Lakukan apa yang kita bisa! Pasti! dengan minum air zamzam, Allah akan mengabulkan doa-doa kita, amin.

Ketiga, mohon selalu dalam kesehatan, jauh dari sakit dan bencana

Dari berbagai laporan medis, ternyata air putih merupakan obat yang paling baik bagi semua penyakit yang menimpa tubuh manusia. 
Dan tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air Zamzam  memang unik karena ia memang bukanlah air mineral, meskipun mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Untuk itu, saya lebih menyebutnya sebagai air mukjizat.
Berdasarkan berbagai penelitian, menunjukkan bahwa betapa besarnya manfaat air zam-zam bagi kesehatan tubuh kita. Selain mengandung beberapa mineral penting bagi tubuh, zam-zam juga bersifat steril dengan adanya kandungan fluorida yang memiliki sifat antimikroba dalam jumlah yang proporsional serta tidak memberikan dampak meracuni bagi tubuh.
Seorang ulama’ besar yang terkenal dengan sebutan Ibnu Qoyyim juga terapi dengan Air Zam-Zam. Beliau mengatakan:’’Sungguh aku dan yang lain telah mencoba menjadikan air Zam-zam sebagai penyembuh berbagai macam pernyakit aneh, ternyata aku sembuh dan bebas dari bebagai macam penyakit atas izin Allah.”
عن ابن عباس ، رضي الله عنهما ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « ماء زمزم لما شرب له ، فإن شربته تستشفي به شفاك الله (رواه الحاكم)
Artinya:’’ Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, berkata. Nabi Saw menuturkan:’’ Air Zam-zam itu tergantung pada yang mengkonsumsinya. Jika anda minum dengan niatan kesembuhan, maka Allah Swt akan menyembuhkan. (HR AlHakim)


Menjaga kesantunan saat minum air zamzam

Di bawah ini ialah tata cara atau sopan santun ketika mengkonsumsi (minum air surga), sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para ulama’:
1. Mengambil dengan tangan kanan.
2. Menghadap kiblat.
3. Membaca basmalah dan do’a.
4. Cara meminum dengan tanaffus (bernafas) tiga kali.
5. At-tadhallu’ (sampai terasa kenyang).
6. Membaca khamdalah.
7. Berdo’a sesuai dengan hajatnya.


Selayang Pandang Muzdalifah dan Mina

Muzdalifah
Muzdalifah: terletak antara Mina dan Arafah. Batasnya dari wadi Muhassir sampai Al-Ma’zamain atau dua gunung yang saling berhadapan yang dipisahkan oleh jalan. Muzdalifah ini termasuk masy’aril haram dan tanah suci,
firman Allah  
فَإِذَآ أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُواْ اللَّهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِن كُنْتُمْ مِّن قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّآلِّينَ – البقرة ﴿١٩٨﴾
 Artinya: “Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”. (Qs Al-Baqarah ayat:198)
Menurut ibnu umar ra. yang dimaksud dengan Masy’aril haram dalam ayat tersebut ialah Muzdalifah seluruhnya.
Muzdalifah juga merupakan tempat mabit atau bermalam, setelah meninggalkan Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Jamaah Haji dianjurkan untuk sholat Maghrib & Isya jama’ ta’khir dengan satu Azan dan 2 kali Iqamat di Muzdalifah, lalu menuju ke Mina setelah shalat Subuh. Dianjurkan memungut batu kerikil untuk melempar Jumroh di Mina atau diperbolehkan juga memungut batu kerikil di Mina.

Mina
Mina merupakan tanah haram karena lokasinya berdekatan dengan Makkah. Jaraknya dengan Makkah kurang lebih 7 km. Mina adalah perkampungan kecil yang dihuni oleh manusia setahun sekali dengan tujuan mabit (bermalam) dalam rangka manasik haji, karena itu orang Arab menyebutnya Mina.
Mina mulai penuh didatangi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jama’ah haji tinggal disini sehari semalam sehingga dapat melakukan sholat lima waktu. Kemudian setelah sholat Subuh tanggal 9 Dzulhijah, jamaah haji berangkat ke Arafah. Kemudian Jama’ah haji datang lagi ke Mina setelah selesai melaksanakan wukuf di Arafah yaitu pagi tanggal 10 sampai dengan tanggal 13 Dzulhijah dan wajib untuk bermalam dan melempar jumroh pada hari-hari tersebut.
Adapun pergi ke Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah) hukumnya sunah. Sementara itu mabit atau menginap di Mina dan melontar Jumroh pada hari-hari tasyrik merupakan wajib haji, artinya bila tidak dikerjakan maka hajinya tetap sah namun dia harus membayar denda yang disebut dalam ilmu fiqih ”Dam”.
Di Mina ada tempat melempar jumroh, yaitu Jumroh Aqabah, Jumroh Wustha dan Jumroh Ula. Tentu ketiga jamarat itu memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat islam yang berkaitan erat dengan sejarah nabi Ibrahim dan puteranya Ismail as.
Selain 3 jumroh kita temukan sebuah masjid bersejarah yang disebut masjid al-Kheif. Konon letaknya dikaki gunung tidak berjauhan dari jumrah Ula. Di sana Nabi saw pernah sholat demikian pula para Nabi sebelum beliau.
Rasulullah saw ketika haji wada’ bermalam dan sholat di Mina pada malam hari-hari Tasyriq yaitu hari 10, 11,12, 13 Dzul Hijjah, dimana didalamnya terdapat pula Hari Raya Idul Adha.
قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَحَرْتُ هَاهُنَا , وَمِنًى كُلّهَا مَنْحَر , فَانْحَرُوا فِي رِحَالِكُمْ (رواه مسلم)
Nabi saw bersabda: “Aku menyembelih korban di sini, dan seluruh Mina ialah tempat menyembelih, maka sembelihlah korban dalam perjalanan kalian”. (Shahih Muslim)
وَاذْكُرُواْ اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ فَمَن تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ
 Artinya: ”Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari (Maksudnya Nafar Awal), maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu) (Maksudnya Nafar Tsani), maka tiada dosa baginya” (Qs al-Baqarah ayat:203)

Sumber: Hasan Husen Assegaf.

Cara Melihat Jadwal Keberangkatan Haji

Terkadang, calon jamaah haji (CJH) setelah mendaftar belum mengerti, tiba-tiba lupa kapan dia mendapatkan jadwal keberangkatannya ke tanah suci. Apalagi, ada kalanya juga jadwal yang telah ditetapkan dapat maju mundur sesuai dengan dinamika pengunduran diri beberapa CJH karena wafat, atau juga karena pengurangan atau penambahan kuota haji. 
Nah, ada baiknya jika kita dapat memeriksa kembali kapan sebagai CJH akan diberangkatkan. Siapa tahu, di antara kita yang telah mendaftar justru ditakdirkan oleh Allah swt untuk lebih cepat menjadi tamu-Nya. amin. Berikut ini adalah panduan untuk mengetahuinya secara online:
  • Setelah mendaftar, CJH akan mendapat bukti setoran awal BPIH dengan nomor porsi haji.
  • Silahkan kunjungi dan lihat situs haji dari kementrian Agama RI sebagai berikut:  http://haji.kemenag.go.id/ , http://haji.kemenag.go.id/index.php/subMenu/569
  • Untuk mengetahui tahun keberangkatan CJH, anda tinggal mengisi nomor porsi haji dan tanggal lahir CJH seperti dalam formulir berikut.


  • Mintalah bantuan travel haji plus dan umroh atau KBIH tempat Anda mendaftar, bila anda belum dapat nomor porsi sebagai bukti legal anda adalah jamaah yang yang terdaftar di Kemenag.
  • Jamaah harus sabar dalam menunggu antrian berangkat, walaupun haji plus saat ini harus antri beberapa tahun.
  • Dengan mendapat nomor porsi berarti anda adalah jamaah haji kuota Kemenag Resmi ( haji non-kuota tidak ada nomor porsi )
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Rukun Haji

Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, dan jika tidak dikerjakan hajinya tidak sah. Di luar itu, dikenal juga istilah syarat haji dan wajib haji. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut:
1. Ihram karena Allah.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (dalam menjalankan agama) dengan lurus…" (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya amal-amal itu hanyalah dengan niat." إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
2. Wuquf di 'Arafah.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: الْحَجُّ عَرَفَةٌ  "Ibadah haji adalah wuquf di Arafah."
3. Thawaf ifadhah.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "…Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (QS.Al-Hajj: 29)
4. Sa'i antara Shafa dan Marwah.
Karena Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakannya dan beliau bersabda:
اِسْعَوْا فَإِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْىَ
"Laksanakanlah sa'i karena sesungguh-nya Allah telah mewajibkan sa'i atas kamu sekalian."
Sebagian ulama ada yang mema-sukkan "Mabit di Muzdalifah hingga shalat Shubuh disana" sebagai salah satu di antara rukun haji, berdasarkan hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam kepada 'Urwah bin Mudharris ath-Thai Radhiallaahu anhu :
مَنْ شَـهِدَ صَلاَتَنَا هَذَا وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ قَبْلَ ذَلِكَ بَعَرَفَةَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ
"Barangsiapa yang menyaksikan shalat kami ini, dan wuquf bersama kami hingga kami bertolak )dari Muzdalifah,-Pent), sedang dia telah wuquf sebelum ini di 'Arafah di siang hari atau di malam hari, maka telah sempurna hajinya dan hilanglah kotorannya.”
5. Tahallul
Tahallul adalah rukun haji yang dilakukan dengan bercukur atau menggunting rambut setelah melaksanakan Sa'i.
6. Tertib
 Tertib, yaitu mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan dan tidak ada yang tertinggal.
Jangan ragu untuk meminta tuntunan kepada pembimbing Anda mengenai ke-enam rukun haji di atas. Insya Allah haji Anda menjadi sah.

Wajib Haji

1- Melakukan Niat Ihram dari miqat
Miqat artinya batasan. Miqat ada dua macam, miqat zamani (miqat waktu) dan miqat makani (miqat tempat). Miqot zamani yaitu batasan waktu yang orang harus memulai amalan haji dan umrah.  Bagi Haji adalah pada bulan-bulan haji, yaitu Syawal, Dzul Qa’dah dan Dzul-Hijjah. Adapun miqot zamani Umroh adalah sepanjang tahun, tidak ada batas waktu tertentu.
Miqat makani yaitu batasan tempat yang orang harus memulai amalan Haji (demikian juga dalam Umroh). Adapun ketentuannya sebagai berikut:
  • Bagi orang Madinah atau orang yang datang dari arah Madinah adalah Dzul Hulaifah (suatu tempat kurang lebih 12 km arah selatan Madinah, atau kira-kira 486 km arah utara Mekah, sekarang orang menyebutnya Bir Ali).
  • Bagi orang Syam atau yang datang dari arah Syam adalah Juhfah (suatu desa dekat Robigh kira-kira 204 km arah barat Mekah)
  • Bagi orang Najd atau yang datang dari arah Najd adalah Qornul Manazil (suatu tempat yang orang sekarang menyebutnya As-Sail al-Kabir kira-kira 94 km arah timur Mekah.
  • Bagi orang Yaman atau yang datang dari arah Yaman adalah Yalamlam (suatu tempat kira-kira 89 km arah selatan Mekah).
  • Bagi orang Iraq atau yang datang dari arah Iraq adalah Dzatu Irq (satu tempat kurang lebih 94 km arah timur laut Mekah).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما : أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَقَّتَ لأَهْلِ الْمَدِينَةِ : ذَا الْحُلَيْفَةِ . وَلأَهْلِ الشَّامِ: الْجُحْفَةَ . وَلأَهْلِ نَجْدٍ : قَرْنَ الْمَنَازِلِ . وَلأَهْلِ الْيَمَنِ : يَلَمْلَمَ . هُنَّ لَهُنّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِهِنَّ , مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ أَوْ الْعُمْرَةَ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw. telah menetapkan miqot bagi penduduk Madinah Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam Juhfah, bagi penduduk Najd Qornul-Manazil dan bagi penduduk Yaman Yalamlam. Miqot-Miqot itu bagi (penduduk) negeri-negeri itu dan bagi orang yang datang melalaui negeri-negeri itu yang bukan dari penduduknya yang hendak melakukan haji dan umrah. (HR.Bukhari dan Muslim)
- Sedangkan bagi penduduk Mekah atau orang luar yang berada di Mekah, miqat hajinya adalah tempat tinggalnya di Mekkah. Jadi baginya untuk memulai
umroh ia harus keluar ke Tan’im  atau Ji’ronah.

2- Mabit di Muzdalifah
Yaitu menginap atau bermalam di Muzdalifah pada malam 10 Dzul Hijjah selepas dari wukuf di Arafah. Wajib bagi orang yang melakukan haji untuk datang ke Muzdalifah pada malam Nahar dengan cara menginap atau melewati sepintas lalu.
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهَا الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ واضْطَجَعَ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَصَلَّى الْفَجْرَ (رواه مسلم)
Dari Jabir ra, ia berkata: Rasulallah saw datang ke Muzdalifah, lalu shalat maghrib dan Isya. Kemudian beliau berbaring (istirahat tidur), ketika terbit fajar beliau shalat subuh. (HR Muslim)

3- Melontar Jumroh Aqobah
Ada tiga buah Jumroh di Mina, yaitu: Jumrah Aqobah, Jumroh Wustho dan Jumroh Ula. Yang dimaksud dengan jumrah Aqobah adalah melempar pada tanggal 10 Dzul Hijjah yang dilontar hanyalah Jumroh Aqobah. Hal ini dilakukan setelah mabit di Muzdalifah dan setelah terbit matahari.
لِمَا صَحَّ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أََتَى الجمْرةَ يَعْنِي يَوْمَ النَحْرِ فَرَمَاهَا بسَبْع حَصَيَاتٍ يكبِّرُ معَ كلِّ حَصَاةٍ منها كُلُّ حَصَاةٍ مِثْلَ حَصَى الخَذْفِ رَمَى مِنْ بَطْنِ الوَادِي ثمَّ انْصَرَفَ (رواه مسلم)
Sungguhnya Rasulallah saw tiba di Jumrah Aqobah (yaitu di hari Nahar). Maka beliau melemparnya dengan tujuh kerikil dan bertakbir setiap melempar satu kerikil yang besarnya seperti batu untuk melempar. Beliau melakukannya dari dasar lembah. Setelah itu, beliau berpaling (HR Muslim)

4- Melontar ketiga Jumroh 
Dimulai dari Jumroh Ula, Wusthah, dan Aqobah pada hari hari tasyriq yaitu tg 11, 12, dan 13, setiap jumroh tujuh kali lemparan batu. Adapun cara melontar tiga jumroh pada hari-hari tasyriq menurut sunnah Rasulullah saw adalah sebagai berikut: Dimulai melontar Jumroh Ula tujuh kali, dan membaca takbir bersama setiap lontaran. Lalu melontar Jumroh Wustho tujuh kali, dan membaca takbir bersama setiap lontaran Lalu melontar Jumroh Aqobah tujuh kali, dan membaca takbir bersama setiap lontaran.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّهُ كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عَلَى إِثْرِ كُلِّ حَصَاةٍ ، ثُمَّ يَتَقَدَّمُ حَتَّى يُسْهِلَ مُسْتَقْبِلا الْقِبْلَةَ فَيَقُومُ طَوِيلا وَيَدْعُو ، وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الْوُسْطَى ، ثُمَّ يَأْخُذُ ذَاتَ الشِّمَالِ فَيُسْهِلُ ، وَيَقُومُ مُسْتَقْبِلا الْقِبْلَةَ ، ثُمَّ يَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ ، وَيَقُومُ طَوِيلا ، ثُمَّ يَرْمِي جَمْرَةَ ذَاتِ الْعَقَبَةِ مِنْ بَطْنِ الْوَادِي وَلا يَقِفُ عِنْدَهَا ، ثُمَّ يَنْصَرِفُ ، وَيَقُولُ : هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ (رواه البخاري)
Menurut hadits sesungguhnya Ibnu Umar pernah melontar Jumroh Dunia (Ula) dengan 7 kerikil sambil bertakbir setiap melempar kerikil, lalu maju ke tempat yang datar, lalu berdiri lama menghadap kiblat sambil berdoa dengan mengangkat kedua tangannya. Kemudian melontar Jumroh Wustho, lalu mengambil arah ke kiri pergi ke tempat yang datar, lalu berdiri menghadap kiblat kemudian berdoa dengan mengangkat kedua tangannya dan berdiri lama. Kemudian melontar Jumroh Aqobah dari tengah lembah dan tidak berdiri di situ kemudian menyingkir dan berkata: Begitulah saya lihat Rasulullah saw. berbuat. (HR. Bukhari).

5- Mabit di Mina atau bermalam di Mina pada malam-malam Tasyriq.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ أَفَاضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مِنْ آخِرِ يَوْمِ النَحْرِ حِيْنَ صَلَّى الظُهْرَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى مِنًى (ابو داود وابن حبان)
فَمَكَثَ بِهَا لَيَالِيَ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ؛ يَرْمِى الْجَمْرَةَ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ
Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah saw bertawaf Ifadhoh di hari akhir (hari Nahar) sewaktu shalat Dhuhur, kemudian kembali ke Mina lalu tinggal di Mina pada malam hari Tasyriq, melontor Jumroh jika matahari telah tergelincir. (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ الْعَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ اسْتَأْذَنَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيتَ بِمَكَّةَ لَيَالِيَ مِنًى مِنْ أَجْلِ سِقَايَتِهِ ، فَأَذِنَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُ مِنْ أَجْلِ سِقَايَتِهِ (رواه مسلم) .
Dari Ibnu Umar ra, diriwayatkan sesungguhnya Abbas bin Abdul Muthallib ra memohon ijin kepada Rasulullah saw. untuk bermalam di Mekah pada malam-malam (orang menginap di Mina) karena tugas memberi minum (orang haji), lalu beliau memberinya ijin. (HR Muslim).

6- Thawaf wada’ (tawaf perpisahan). 
Tawaf ini dikerjakan saat mau berangkat meninggalkan Mekah. la wajib dikerjakan, kecuali wanita yang sedang haid.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يَنْفِرَنَّ أَحَدٌ حَتَّى يَُكُوْنَ آخِرُ عَهْدهِ بِالبَيْتِ (رواه مسلم)
Ada hadits yang menerangkan yang diriwatkan dari ibnu Abbas ra, Rasulallah saw bersabda: “Janganlah salah seorang diantara kalian keluar, sehingga akhir urusannya adalah (thawaf) di Baitullah. (HR Muslim)


Sumber: Hasan Husen Assegaf.

Rahasia Menikmati Menu Hotel Saat Umrah


Menu hotel kan biasanya enak-enak. Kok pakai judul rahasia menikmati menu hotel segala? Mungkin sepintas ada pikiran seperti itu di benak pembaca. Untuk mengerti mengapa saya memakai judul di atas, mari tulisan ini dibaca lebih lanjut. Saat dua hari setelah sampai di Madinah, beberapa jamaah sudah secara terbuka mengeluhkan menu soal makanan hotel. Sebagai pembimbing umrah, saya pun berusaha menenangkan mereka. Sebab, yang dikeluhkan itu bukan karena basi, bukan pula karena menu murahan. Menu hotel itu adalah sajian dari paket VIP yang sesuai standar hotel. Lalu, apa sih yang dikeluhkan mereka?

“Ustadz, menunya tidak beradab!” keluh seorang ibu kesal. “Kok bisa ada menu gak beradab? Maksudnya apa bu?” Tanya saya menyelidik, sambil menahan tawa. Kok makanan saja sampai disebut-sebut tidak beradab. “Karena semua makanan di sini menunya bukan menu Indonesia. Gak punya perasaan tuh yang bikin makanan. Kita kan orang Indonesia!” sahutnya emosional. Memang, masakan yang disajikan hotel bintang lima di Madinah rata-rata bukan menu Indonesia. Menu yang disajiian biasanya adalah khas Arab, India, Turki dan Eropa. Sedikit beda dengan musim haji, karena hotel kadang berkompromi menyediakan menu Indonesia selama bulan haji.

Di antara mereka, ada juga yang mengeluhkan sakit. Dia adalah seorang anak yang juga ikut umrah bersama ayah ibunya. Menurut keterangan Ayahnya yang seorang dosen fakultas hokum di Unair itu, anaknya gak mau makan, sehingga drop fisiknya. Dia juga terserang flu. Uniknya, ada dua orang anak lainnya yang dalam pengamatan saya selalu terlihat ceria dan bersemangat mengikuti rangkaian ibadah umrah.

Kedua anak yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP dan kelas 5 SD itu juga terlihat bugar.
Kedua anak itu selalu menikmati setiap menu sajian hotel bintang lima itu. Mereka ikut umrah bersama ayah ibunya yang seorang PNS di lingkungan Pemkab Malang. Karena penasaran, lalu saya bertanya kepada ayahnya. “Pak, mengapa kok anak-anak terlihat selalau ceria dan sangat menikmati sajian makanan hotel yang ada? Bukankah sebagian yang lain pada mengeluhkannya?” Tanya saya. Ayah itu sempat kaget mendengar pertanyaan saya. Sepertinya dia tidak menduga, kalau saya bertanya seperti itu.

Setelah sedikit menarik nafas, dia pun tersenyum sambil berkata, “Ustaz, sebelum berangkat, saya ajari anak-anak untuk ikhlas dalam menerima apa pun yang akan diperoleh selama perjalanan umrah ini. Kalau soal makanan, sebenarnya anak-anak juga tak biasa makan menu-menu seperti itu. Saya hanya bilang, kita sedang bertamu kepada Rasulullah. Dan, inilah semua yang dihidangkan oleh Rasulullah kepada kita. Lalu soal bukan menu Indonesia, saya bilang kepada mereka, bahwa kita ini sedang berwisata kuliner macanegara. Saya ajak mereka mencicipi semuanya.”jelas dia.

Saya tidak menyangka, dia begitu bijaksana dalam menyikapi masalah menu hotel. Dia sudah menyiapkan bagaimana cara pikir anak-anak dan isterinya yang lebih positif dalam menerima menu-menu yang disajikan hotel jauh sebelum mereka berangkat ke tanah suci. Bapak dua anak ini mengajari kita bagaimana membangun positive frame secara cerdas, tanpa harus mengurangi nilai-nilai spiritual yang sarat dalam perjalanan umrah.  Nah, saudaraku kaum muslimin sekalian, semoga kita dapat mengambil hikmah paparan ini. Semoga kita juga dapat menyusul dan menjadi tamu Allah dengan menjalan ibadah haji dan umrah secara lebh khusu' dan mabrur, sekaligus menjadi tamu Rasulullah di kota suci Madinah Al-Munawwarah, amin.

Kemana Anda Dapat Membadalkan Haji?

Hal yang paling penting sebelum anda mewakilkan badal haji dan umrah kepada orang lain, maka lihat dan periksalah terlebih dulu, apakah yang bersangkutan itu dapat menjaga amanah. Maka, dengan segala kerendahan hati seraya memohon ridla Allah swt, kami ingin membantu mewujudkan hajat anda untuk membadalkan haji/umrah bagi orang-orang yang anda cintai.

Berikut identitas singkat kami:
Ust. Dr.H.M.Thohir Munawar, S.Ag.,M.Pd. Dosen tetap Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Sekretaris PW Jam’iyatul Qurra wal Huffadh Propinsi Jawa Timur, dan PEMBIMBING HAJI DAN UMRAH PLUS pada Shafira Tour and Travel Indonesia.

Kami bersama para muthawwif dan muqimin yang dapat dipercaya (amanah) di Makkah-Madinah, siap menunaikan badal haji dan umrah bagi orang-orang yang sangat anda cintai.


Raudhah: Taman Syurga

Raudhah? Pasti nama itu melekat dalam ingatan para jamaah haji dan umrah. Sebauh bagian dari masjid Nabawi yang ditandai dengan karpet berwarna hijau. Letaknya pas di bawah kubah hijau mesjid Nabawi.
Barang siapa yang akan memasukinya, maka hendaknya dia  bermunajad kepada Allah SWT agar dimudahkan jalan untuk sampai kepadanya. Dan sudah masuk ke dalam Raudhah, maka perbanyaklah berdzikir dan berdoa, atau shalat.
Tempat seluas kira-kira 144m2 tersebut sangat istimewa, sehingga Nabi saw mengibaratkannya sebagai "Taman Surga" sebagaimana dalam sabdanya: ”Di antara rumahku dan mimbarku adalah taman (Raudhah) dari taman-taman surga. Dan mimbarku di atas kolam.” (Shahih Bukhari).
Dalam raudhah terdapat beberapa tiang (ustuwanah). Berikut ini adalah nama-nama tiang yang berada di dalam Raudhah Mesjid Nabawi 
Usthuwaanah Aisyah
·         Usthuwaanah Muhajirin
·         Usthuwaanah At-Taubah
·         Usthuwaanah Abu Lubabah
·         Usthuwaanah Quran
·         Usthuwaanah As-Sarir
·         Usthuwaanah Al-Haras
·         Usthuwaanah Ali
·         Usthuwaanah Al-Wufud
·         Usthuwaanah Mukhallaqah Jabir
·         Usthuwaanah Hannanah
Di antara tiang di atas yang paling banyak dicari adalah usthuwanah aisyah, karena kemustajabahan doa dan shalat di dekatnya.

Ekspedisi Gua Hira


Mekkah, 10/11 | Kemenag.go.id—Setelah delapan hari di Mekah, saya dan enam rekan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) Daerah Kerjker Mekah berkesempatan berziarah ke Gua Hira di Jabal Nur. Gua tempat Rasulullah SAW menerima wahyu untuk pertamakalinya dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril, yaitu surat Al Alaq. Kami baru bisa ke Jabal Nur, karena memang hari-hari sebelumnya liputan kami seputar persiapan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), termasuk kesiapan pondokan jamaah di Mekah.
Sekitar pukul 06.30 Waktu Arab Saudi (WAS), kami bersembilan (karena ibu Novi dan dr. Leli yang kebetulan sedang tidak piket, juga ingin ikut) berangkat. Letak Jabal Nur sekitar 6,5 kilometer sebelah utara kota Mekah. Kami berangkat pagi dengan kendaran Hiace, mobil operasional MCH yang memag selalui dipiloti Pak Deden. Memang banyak yang menganjurkan untuk ke Gua Hira sebaiknya berangkat pagi, bahkan bisa setelah Shalat Subuh. Ini antara lain untuk menghindari panas terik matahari dan situasi yang semakin siang biasanya semakin ramai peziarah. Puncak Jabal Nur masih tampak jelas menjulang ke langit Kota Mekkah jika dipandang dari Wisma Haji Indonesia, di kawasan Aziziyah Janubiyah.
Untuk mencapai tempat berkhlwatnya (mengasingkan diri) Rasululah SAW tersebut, yang pasti diperlukan sikap optimis dan keyakinan diri untuk bisa mencapai puncak. Ini penting, karena tidak sedikit yang gagal mencapai puncak dan melihat Gua Hira, karena sudah merasa pesimis melihat tingginya Jabal Nur. Berdasarkan tulisan-tulisan di puncak Jabal Nur, ketinggian Gua Hira adalah 2500 feet dari kaki atau dataran terendah di sekitar Jabal Nur.
Selain itu, yang jelas kesiapan fisik serta bekal khususnya minuman yang cukup. Saya anjurkan jangan terlalu membawa banyak barang dalam pendakian. Cukup mungkin sekitar dua bungkus biskuit, coklat dan sedikit kurma serta sebotol air minum atau jus buah. Serta kamera saku atau cukup kamera telpon genggam tentunya. Sebaiknya semua dikemas dalam tas punggung agar praktis. Usahakan mengenakan alas kaki yang anti slip atau anti licin. Sebaiknya menggunakan sepatu dan kaos kaki, untuk menghindari lecet. Saya sendiri memakai sepatu sandal lengkap dengan kaos kaki. Jangan lupa penutup kepala dan kaca mata gelap.
Di awal pendakian hingga ke pertengahan jalan menuju puncak bukit berkerikil itu pun hanya bisa dilalui satu orang. Tangga yang terbuat dari susunan batu bersemen hanya dijumpai pada pada pos tengah hingga ke Gua Hira. Tidak hanya melewati batu terjal berliku dengan kecuraman dinding sekitar 60 derajat, juga tak ada tempat untuk pegangan, kecuali bebatuan besar yang terletak di sisi jalan setapak.
Menjelang puncak, kami temui sejumlah fakir miskin meminta-minta shodaqoh di sisi kiri kanan jalan. Juga ada beberapa pedagang menjual minuman serta seperti tasbih, minyak wangi, dan foto-foto Gua Hira. Di puncak Jabal Nur juga terdapat seekor Onta yang disewakan sekedar untuk berfoto di atas punggungnya. Mereka menawarkan dagangan dan sewan ontanya dengan bahasa Indonesia yang sedikit terbata. Untuk naik onta sekedar berfoto, kami akhirnya dikenakan tarif dua real perorang. Walau sempat beberapakali istirahat sejenak melepas lelah, akhirnya kami sampai di puncak Jabal Nur. Luar biasa melihat pemandangan kota Mekah dari puncak Jabal Nur. Bahkan Masjidil Haram pun bisa terlihat dari puncak Jabal Nur.
Untuk mencapai Gua Hira di Puncak Jabal Nur itu, kita harus melewati terlebih celah-celah atau lorong dengan dinding bebatuan sepanjang lima meter. Celah itu hanya bisa dilalui satu orang. Di ujung lorong, baru bisa kita lihat Gua Hira, tempat Rasulullah SAW mengasingkan diri atau berkhalwat atau bertahannuf. Yaitu cenderung pada kebenaran, berserah diri kepada Allah SWT. Subhanallah! Para peziarah pun tampak antri untuk bisa melakukan shalat di dalam Gua Hira.
Saya sempat menitikkan air mata, membayangkan ribuan tahun yang lalu, Rasulullah SAW yang sebelum mendapatkan Wahyu pertama tersebut, sudah sangat sering dalam kurun waktu tahunan, berkhalwat atau mengasingkan diri di Gua Hira. Membayangkan perjuangan Rasulullah SAW saat melakukan pendakian dan saat berkhalwat di gua batu di atas ketinggian 2500 feet atau sekitar 750 meter tersebut.(osa)

 
/* muamar-kurosaki.com Likebox Pro FBFan Code Start --------- */